Stoikiometri berkaitan dengan
hubungan kuantitatif antarunsur dalam suatu senyawa dan antarzat dalam suatu
reaksi. Istilah itu berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata stoicheion yang
berarti unsure dan metron yang artinya mengukur. Untuk memahami makna
stoikiometri, perhatikanlah dua pertanyaan berikut ini:
1. Ari
terdiri dari hydrogen dan oksigen. Bagaimanakah komposisi (stoikiometri)
senyawa itu?
2. Urea
dibuat dari ammonia dan karbon dioksida. Jika direaksikan I kg ammonia, berapa
kg urea dapat diperoleh dan berapa kg karbon dilksida diperlukan?
Dasar dari semua hitungan
stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan masssa molekul. Oleh
karena itu, stoikiometri akan dimulai dengan membahas upaya para ahli dalam
penentuan massa atom dan massa molekul, kemudian dilanjutkan dengan bahasan
tentang hubungan kuantitatif antarzat dalam reaksi. Pengetahuan stoikiometri
sangat penting dalam merencanakan suatu eksperimen maupun dalam industry,
dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta
dapat memperkirakan jumlah produknya.
A. HUKUM
GAY LUSSAC DAN HIPOTESIS AVOGADRO
Hipotesis Avogadro
menjelaskan hokum gay lussac
Stoikiometri (komposisi) suatu
senyawa dinyatakan dalam rumus kimianya. Misalnya, stoikiometri air dinyatakan
oleh rumus H2O. penetapan rumus kimia senyaw memerlukan informasi tentang 3
hal, yaitu:
1. Jenis
unsure penyusun senyawa
2. Perbandingan
massa di antara unsure penyusun senyawa dan
3. Perbandingan
massa antaratom unsure penyusun senyawa.
Ketika daltom mengajukan teori
atomnya, para ahli belum dapat menentukan rumus kimia senyawa. Walaupun mereka
telah dapat menentukan jenis dan perbandingan massa unsure-unsur penyusun
senyawa, mereka belum mengetahui perbandingan massa antaratom yang satu
terhadap yang lainnya sayangnya, pada masa itu, perbandingan massa antaratom
unsure hanya akan dapat ditentukan jika rumus kima senyawanya diketahui. Dengan
perkataaan lain mereka menghadapi suatu dilemma. Dilemma tersebut kemudian
dapat dipecahkan berkat penemuan jukum perbandingan volum oleh gay lussac
(1808) dan suatu hipotetis yang diajukan oleh Avogadro (1811). Kita akan
membahas kedua penemuan tersebut serta penerapannya untuk menentukan rumus
kimia berbagai zat.
HUKUM GAY LUSSAC
Bila diukur pada suhu dan tekanan
sama, volum gas-gas yang bereaksi dan volum gas hasil teaksi berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana.
Henry Cavendish (1731 – 1810),
seorang ahli kimia berkebangsaan inggris, menemukan perbandingan volum hydrogen
yang bereaksi denga gas olsigen membentuk air adalah 2 : 1, asalkan kedua gas
itu diukur pada suhu (T) dan tekanan (P) yang sama. Tertarik pada penemuan
tersebut, joseph Louis gay lussac (1778 – 1850) dari perancis pada tahun 1809
melakukan percobaan terhadap berbagai reaksi gas dan menemukan hasil sebagai
berikut:
1. Pada
reaksi antara gas hydrogen dengan gas klorin membentuk gas hydrogen klorida,
perbandingan volumnya adalah 1 : 1 : 2
2. Pada
reaksi antara gas hydrogen dengan gas oksigen membentuk uap air, perbandingan
volumnya adalah 2 : 1 : 2
3. Pada
reaksi antara gas nitrogen dengan gas hydrogen membentuk ammonia, perbandingan
volumnya adalah 1 : 3 : 2
Gay lussac menyimpulkan
penemuannya dalam suatu hokum yang disebut hokum perbandingan volum, sebagai
berikut: bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama, volum gas yang bereaksi
dan gas hasil teaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana
HIPOTESIS AVOGADRO
Pada suhu dan tekanan sama, semua
gas bervolum sama mengandung jumlah molekul yang sama pula.
Mengapa perbandingan volum
gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan bulat sederhana? Banyak ahli,
termasuk Dalton dan gay lussac, gagal menjelaskan perbandingan volum yang
ditemukan oleh gay lussac penyebab kegagalan mereka adalah anggapan bahwa
parikel unsure selalu berupa atom. Barulah pada tahun 1811, amadeo Avogadro
(1776 – 1856) dari italia, mengemukakan bahwa partikel unsure tidak harus
berupa atom yang berdiri sendiri tetapi dapat juga berupa molekul. Avogadro
dapat menjelaskan hokum perbandingan volum dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut:
pada suhu dan tekanan sama, semua gas bervolum sama mengandung jumlah molkul
yang sama pula. Jadi, perbandingan volum gas-gas itu juga merupakan
perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Dengan istilah
sekarang, perbandingan volum sama dengan koefisien reaksinya. Marilah kita
lihat bagaimana hipotesis Avogadro dapat menjelaskan hokum perbandingan volum
dan sekaligus dapat menentukan rumus molekul berbagai unsure dan senyawa
Contoh 1
Reaksi antara gas hydrogen dengan
gas klorin membentuk gas hydrogen klorida. Menurut percobaan, perbandingan
volum gas hirogen : klorin : hydrogen klorida adalah 1 : 1 : 2. BERARTI,
PERBANDINGAN JUMLAH MOLEKUL HIDROGEN : KLORIN : hydrogen klorida yang terlibat
dalam reaksi adalah 1 : 1 : 2. Jika dimisalkan rumus molekul gas hydrogen
adalah Hx, klorin Cly dan hydrogen klorida HaClb (x, y, a, dan b haruslah
bilangan bulat), maka persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
Nilai paling sederhana untuk x
dan y yang membuat persamaan di atas setara adalah x =2 dan y =2 (tidak mungkin
nilai x atau y = 1, sebab jika x atau y = 1, maka nilai a atau b merupakan
pecahan, yaitu 0,5). Dengan x = 2, maka nilai a = 1. Dengan y = 2, maka nilai b
= 1.
Jadi, jika rumus molekul hydrogen
adalah H2, dan klorin Cl2, maka rumus molekul hydrogen klorida adalah HCL.
Persamaan (3.1) di atas menjadi:
Contoh 2
Reaksi antara gas hydrogen dengan
gas oksigen membentuk uap air. Menurut percobaan, perbandingan volum gas
hydrogen : oksigen : uap air adalah 2 : 1 : 2. Berarti perbandingan jummlah
molekul hydrogen : Oksigen : uap air yang terlibat dalam raksi adalah 2 : 1 :
2. Misalkan rumus molekul gas hydrogen adalah Hx, oksigen Oy dan air HaOb, maka
persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
Dengan rumus molekul hydrogen H2
(x = 2; dari contoh 1), maka nilai a adalah 2. Nilai paling sederhana untuk y
adalah 2, dan dengan demikian nilai b = 1. Jadi, jika rumus molekul hydrogen
adalah H2 dan oksigen O2, maka rumus molekul air adalah H2O
Persamaan (3.2) di atas menjadi:
Dengan cara yang sama dapat
ditentukan rumus molekul berbagai unsure dan senyawa yang lain. Selain itu,
hokum perbandingan volum dan hipotesis Avogadro merupakan dasar perhitungan
bagi reaksi gas. Perhatikanlah contoh soal berikut.
Contoh soal 3.1
Dua liter gas nitrogen (N2),
tepat bereaksi dengan 3 liter gas
oksigen (O2), membentuk 2 liter gas X, semuanya diukur pada suhu (T) dan
tekanan (P) yang sama,. Tentukanlah rumus molul ga X itu!
Jawab
Misalkan rumus molekul gas X itu
NaOb, oleh karena perbandingan volum gas merupakan koefisien reaksi, maka
persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
Untuk kesetaraan atom N, 2a = 4,
atau a = 2. Untuk kesetaraan atom O, 2b = 6, atau b = 3. Jadi, rumus molekul
gas X adalah N2O3
Contoh soal 3.2
Gas etana, suatu hidrokarbon
dengan rumus molekul C2H6, terbakar menurut persamaan sebagai berikut
Hitunglah volum oksigen yang
diperlukan untuk membakar 6 liter C2H6
Jawab
Perbandingan volum O2 : C2H6 = 7
: 2 (sama dengan koefisien reaksi). Jika volum C2H6 = 6 liter maka volum O2 =
7/2 x 6 liter = 2 liter. Jadi, untuk membakar 6 liter C2H6 (T, P) diperlukan 21
liter O2 (T, P)
Contoh soal 3.3
Suatu senyawa hidrokarbon (CxHy)
yang berwujud gas terbakar menurut persamaan
Dari suatu percobaan diketahui
bahwa untuk membakar 5 liter (T, P) hidrokarbon itu diperlukan 12,5 liter (T,
P) oksigen dan dihasilkan 10 liter (T, P) karbon dioksida. Tentukanlah rumus
molekul hidrokarbon tersebut
Jawab
Perbandingan volum CxHy : O2 :
CO2 = 5 : 12,5 : 10 = 2 : 5 : 4. Karena perbandingan volum
merupakan koefisien reaksi, maka persamaan reaksinya menjadi,
Untuk kesetaraan atom oksigen,
maka koefisien H2O haruslah 2 (= 10 – 8). Dengan demikian persamaan setara
untuk reaksi itu adalah
Untuk kesetaraan atom C, maka 2x
= 4 atau x = 2. Untuk kesetaraan atom H, maka 2y = 4 atau y = 2. Jadi, rumus
molekul hidrokarbon itu adalah C2H2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar